Minggu, 21 April 2013 diperingati sebagai Hari Kartini. Di mana-mana, peringatan itu sangat terasa, terlebih di dunia pendidikan dan dunia maya: kompasiana. Tentu, aku pun menyampaikan ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini bagi yang memperingatinya. Namun, tentunya aku menyampaikan ucapan ini terkhusus kepada wanita yang meniru Kartini sebenarnya. Bukan kartini-kartini modern yang sering menjadi pengobar birahi? Ya, kartini-kartini pengobar birahi!
Sebelum menulis ini, aku sempat mem-browsing RA Kartini. Lalu, aku menemukan beragam tulisan. Dengan penuh kesungguhan, aku membaca informasi tentang RA Kartini. Ternyata, aku menemukan lima nilai Kartini dahulu. Kelimanya adalah nilai pembelajar, nilai kesopanan, nilai sederhana, nilai ikhlas, dan nilai pejuang. Mari kita diskusikan.
Nilai 1: Pembelajar
RA Kartini hanya dibolehkan sekolah hingga Sekolah Rakyat (SR). Usai lulus, Kartini dipingit alias dilarang bergaul bebas. Karena menjadi anak yang cerdas, Kartini tidak tinggal diam. Lalu, Kartini mengumpulkan buku-buku SR-nya. Buku-buku itu dibacanya ulang. Tidak hanya itu, Kartini juga meminjam dan membaca buku-buku ayahnya. Dari kegemaran membaca itulah, Kartini mengerti dunia luar. Maka, tebersitlah keinginannya untuk berkirim surat dengan sahabat-sahabat di luar. Dan surat-surat itulah, yang menjadi inspirasi terlahirnya buku Habis Gelap Terbitlah Terang.
Kartini-kartini modern teramat berbeda. Kebanyakan kartini-kartini modern menjadi pemalas. Jarang dan teramat jarang aku melihat kartini-kartini itu belajar atau membaca buku. Mereka lebih suka berbelanja konsumtif daripada belanja buku.
Nilai 2: Kesopanan
RA Kartini memakai sanggul, baju lengan panjang, dan kebaya. Betapa anggunnya wanita bernama RA Kartini itu. Sungguh teramat cantik dan ayu dalam keaslian kecantikan. Luar biasa. Dan foto itu terpajang manis di setiap dinding rumah, gedung, dan sekolah. Wouw, luar biasa.
Namun, perhatikanlah kartini-kartini modern. Mereka berpakaian luar biasa ketatnya. Yang atas makin ke bawah, yang bawah makin ke atas. Terlihat teramat sangat seronok, jorok, dan seksi yang berlebih-lebihan. Jika terjadi pelecehan, selalu saja lelaki disalahkan. Bukankah kartini-kartini modern itu yang memancing lelaki untuk usil? Begitulah, kartini-kartini modern ternyata lebih suka mempersolek bodi dengan merias diri daripada merias otak dengan kegemaran belajar.
Nilai 3: Nilai Sederhana
Setahuku, RA Kartini bersuamikan bupati Jepara. Artinya, Kartini menjadi istri pejabat tinggi. Namun, perhatikanlah penampilannya. Terlihat Kartini ini sebagai pribadi yang teramat sederhana. Dari pakaian, perhiasan, makanan, hingga rumah, kita tak pernah membaca atau mendengar nilai kemewahan. Luar biasa!
Namun, perhatikan kartini-kartini modern. Mereka suka berpenampilan bak artis. Semua perhiasan dikenakan meskipun ke kamar kecil. Mereka selalu bermobil agar terlihat sebagai kartini kaya. Dan mereka membawa setumpuk kartu kredit agar dipandang sebagai kartini-kartini modern yang kaya-raya. Alamak….!!!
Nilai 4: Ikhlas
Meskipun menjadi istri pejabat, RA Kartini ikhlas menerima diri sebagai istri: mengurus rumah, suami, keluarga, dan mendukung karier suaminya. Kartini berprinsip bahwa sukses suamiku adalah suksesku juga. Maka, Kartini pun ikhlas menerima perlakuan kodrat itu dan tidak berkeinginan untuk memberontak!
Perhatikanlah kartini-kartini modern. Mereka sudah berani melawan suaminya. Jika suami bersikap keras, sang kartini-kartini modern pun langsung menuding pasal Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Lha dimana sih, suami melihat istri berperilaku tidak sopan. Apakah suami akan membiarkannya? Apakah suami tidak akan marah? Apakah suami tidak boleh marah? Maka, keikhlasan pun tiada di hati kartini-kartini modern.
Nilai 5: Pejuang hingga Mati
RA Kartini meninggal dalam usia yang sangat beliau: 25 tahun. Usai melahirkan anak pertamanya, Kartini sakit berkepanjangan. Namun, perhatikanlah jasa-jasanya. Meskipun mungkin hanya berjuang selama 13 tahun (jika dihitung sejak lulus SR), Kartini dinilai sebagai pejuang sejati. Luar biasa!
Perhatikanlah kartini-kartini modern. Mereka begitu besar andilnya menggerogoti kewibawaan suaminya yang menjadi pejabat. Suaminya didorong agar melakukan tindakan korupsi. Jika menjadi pejabat, kartini-kartini modern pun terlibat korupsi yang luar biasa mencengangkan. Tentu Anda paham kartini-kartini modern yang kumaksud.
Jika melihat atau mengetahui suaminya berperilaku korupsi, tentu dan seharusnya istri mengingatkan suaminya agar tidak berperilaku korupsi. Jika menjadi pejabat, tentu dan seharusnya kartini-kartini modern meniru perjuangan RA Kartini hingga mati. Ah, dasar kartini-kartini modern tak tahu diri!
Demikian tulisanku pagi ini. Semoga sekadar kolaborasi sejarah dan gagassan dapat menginspirasi kartini-kartini modern untuk kembali kepada kodrat wanita modern: cerdas, santun, sederhana, ikhlas, dan pejuang. Amin. Terima kasih.
sumber : http://sosok.kompasiana.com