Sudah lama saya merasakan ketidaknyamanan bekerja di kantor lama saya, hingga suatu hari Allah menakdirkan saya untuk bisa pindah ke tempat kerja baru. Ketidaknyamanan yang berujung alasan: mencari pekerjaan yang lebih baik. Kriteria baik saya saat itu cukup simple, bisa dihargai hasil kerja saya dan mencoba suatu bidang yang belum pernah sekalipun saya tekuni.
Tapi apakah “lebih baik” itu menyangkut segala aspek? Lingkungan pekerjaan, rekan kerja, gaji, lokasi kerja dan sebagainya. Sepertinya tidak. Bisa jadi di tempat kerja saya sebelumnya, lokasinya sangat dekat dari rumah. Hanya saja ada beberapa faktor intern yang menyebabkan kita belum bisa menikmati pekerjaan yang bahkan sudah bertahun-tahun ditekuni.
Kemudian, jika kita dapati lingkungan pekerjaan yang baik, rekan kerja yang hangat tapi dengan gaji yang kecil. Apakah itu bisa menjadi alasan untuk mencari yang lebih baik? Bisa jadi. Jika memang uang adalah tujuan kita bekerja.
Gaji sudah cukup besar, lingkungan pekerjaan mendukung tapi rekan kerja tidak bisa memenuhi kebutuhan kita akan petemanan, seperti cenderung bersikap ngeboss dan tidak bisa di ajak kerja sama dalam satu tim. Jika ketidaknyamanan sudah mencapai titik maksimal, bisa saja kita pindah bekerja dengan harapan akan menemukan yang lebih baik dari sebelumnya.
****
Tiada gading yang tak retak. Tak ada yang sempurna. Jika kita terus menerus mencari “lebih baik” maka tidak akan ada habisnya. Benar, jika manusia harus berusaha ke arah yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas diri. Tapi bukan terfokus pada lingkungan luar diri, tapi “lebih baik” itu hanya ada pada pribadi sendiri. Bukan lingkungan yang akan mengikuti kita tapi kita yang akan mengikuti lingkungan, untuk tahap awal.
Jalani saja apa yang sedang Allah takdirkan, meskipun sejatinya masih ada saja yang mengganjal dalam hati. Karena bila Allah tidak memberi kebahagiaan di satu sisi, pasti Allah sedang menyiapkannya di sisi lain. Tetap jalani sambil terus mengais hikmah. Karena hikmah tidak akan bisa diperoleh jika kita terus berlalu dan tidak sejenak berfikir.
Tidak yang lebih baik jika tidak ada rasa syukur di dalamnya. Menikmatinya dengan syukur. Tidak usah membawa-bawa orang lain ketika masalah menimpa. Tidak perlu membanding-bandingkan si A lebih baik dan saya tidak. Hadapi saja dengan sabar dan tawakal dan berkeyakinan memang selalu ada hikmah dalam setiap peristiwa. Usahakan untuk tidak langsung mengibarkan bendera putih tanda menyerah, sedangkan kita belum berupaya maksimal. Bisa jadi pada saat itu bisa jadi ajang introspeksi diri atas segala kekhilafan.
Sembunyikan masalah itu dari orang lain dan adukan kepada Allah. Biar saja orang tahu kita hanya memiliki kebahagiaan hingga bisa menularkannya. Karena orang yang jarang “curhat” belum tentu terbebas dari masalah. Justru bisa jadi lebih parah, hanya dia tidak ingin membeberkannya kepada setiap telinga.
Insya Allah, hanya takdir terindahlah yang Allah siapkan kepada hambaNya.
—
Belajar memahami tiap skenarioNya.
Written by: Pendi Ari Wibowo
Pendiari | Artikel Islam, Blog Dan Motivasi Updated at:
9/22/2012
Title : Yakin Ada Yang Lebih Baik ?
Description : Sudah lama saya merasakan ketidaknyamanan bekerja di kantor lama saya, hingga suatu hari Allah menakdirkan saya untuk bisa pindah ke tempat ...